JARANAN BANYUWANGIAN
JARANAN BANYUWANGIAN
JARANAN BANYUWANGIAN
Kabupaten Banyuwangi
Untuk wilayah perkotaan Banyuwangi, lihat Kota Banyuwangi.Banyuwangi
Kabupaten Banyuwangi
Blambangan
Kabupaten
Kabupaten Banyuwangi
Transkripsi Banyuwangi
• Ejaan Lama Banjoewangi
• Jawa
• Osing Byanyuwangai
Lambang resmi Banyuwangi
Lambang
Julukan: Kota Gandrung
Semboyan: Satya Bhakti Praja Mukti
(id: Setia pada bakti untuk masyarakat makmur)
Lagu: Umbul-Umbul Blambangan
Lokasi Banyuwangi di Jawa Timur
Lokasi Banyuwangi di Jawa Timur
Banyuwangi berlokasi di Indonesia BanyuwangiBanyuwangiLokasi Banyuwangi di Indonesia
Koordinat: 8°18′38,16″LU 114°20′24,64″BT
Negara Indonesia
Provinsi Coat of arms of East Java.svg Jawa Timur
Ibu Kota Kota Banyuwangi
Hari Jadi 18 Desember 1771[1]
Asal nama Blambangan
Kecamatan 25
Desa 217
Orang Terkenal
Wong Agung Wilis[sembunyikan]
Rempeg Jogopati
Sayu Wiwit
Pemerintahan[2]
• Jenis Kabupaten
• Bupati H. Abdullah Azwar Anas, S.Pd., S.S., M.Si.
• Wakil Bupati H. Yusuf Widyatmoko, S.Sos.
Luas[3]
• Darat 5.782,4 km2 (22,326 sq mi)
• Garis Pantai 175.8 km2 (67.9 sq mi)
Populasi (2016)[4]
• Total 1,668,438
• Peringkat 5[5](Jawa Timur)
• Laki-laki 838,856 Jiwa
• Perempuan 829,582 Jiwa
Demonim Banyuwangen
Ras
• Suku Bangsa Osing, Jawa, Madura, Bali, Tionghoa dll.
Kepercayaan
• Agama Islam 93.50%
Hindu 3.90%
Kristen Protestan 1.25%
Katolik 0.72%
Buddha 0.60%
Konghucu 0.03%[6]
Zona waktu Waktu Indonesia Barat (UTC+7)
Kode Pos 684XX
Kode Telepon +62 333
Geocode ID-JW
ISO 3166 ID-BYW
Plat kendaraan P
APBD 2.777,42 Miliar
PAD 346,99 Miliar
Pertuturan Osing, Jawa, Madura, Indonesia
Situs web banyuwangikab.go.id
Kabupaten Banyuwangi (Bhs. Osing: Byanyuwangai/) adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kota Banyuwangi. Kabupaten ini terletak di ujung paling timur pulau Jawa, di kawasan Tapal Kuda, dan berbatasan dengan Kabupaten Situbondo di utara, Selat Bali di timur, Samudra Hindia di selatan serta Kabupaten Jember dan Kabupaten Bondowoso di barat. Kabupaten Banyuwangi merupakan kabupaten terluas di Jawa Timur sekaligus menjadi yang terluas di Pulau Jawa, dengan luas wilayahnya yang mencapai 5.782,50 km2, atau lebih luas dari Pulau Bali (5.636,66 km2). Di pesisir Kabupaten Banyuwangi, terdapat Pelabuhan Ketapang, yang merupakan perhubungan utama antara pulau Jawa dengan pulau Bali (Pelabuhan Gilimanuk).
Banyuwangi adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Selain itu Banyuwangi adalah ibu kota kabupaten ini.Posisinya sebagai ibukota kabupaten menjadikan banyaknya gedung-gedung pemerintahan, cabang-cabang perusahaan, dan pusat keramaian yang berdiri di wilayah ini. Wilayah ini dulunya disebut Wana Tirtaganda dan pertama kali menjadi pusat pemerintahan kabupaten pada 1774 saat Kanjeng Raden Tumennggung Wiraguna I atau Mas Alit diangkat menjadi bupati pada tahun yang sama.[1][2]
Pemerintahan
Secara administrasi, pemerintahan Kabupaten Banyuwangi dipimpin oleh seorang bupati dan wakil bupati yang membawahi koordinasi atas wilayah administrasi kecamatan yang dikepalai oleh seorang camat. Kecamatan dibagi lagi menjadi desa dan kelurahan yang dikepalai oleh seorang kepala desa dan seorang lurah. Seluruh camat dan lurah merupakan jajaran pegawai negeri sipil di lingkungan pemerintah kabupaten, sedangkan kepala desa dipilih oleh setiap warga desa setiap periode tertentu dan memiliki sebuah pemerintahan desa yang mandiri. Sejak 2005, bupati Banyuwangi dan wakilnya dipilih secara langsung oleh rakyat dalam pilkada, setelah sebelumnya dipilih oleh anggota DPRD kabupaten.Pembagian Administratif
Kecamatan Banyuwangi terdiri dari 18 Kelurahan
Kampung Mandar
Kampung Melayu
Karangrejo
Kebalenan
Kepatihan
Kertosari
Lateng
Pakis
Panderejo
Penganjuran
Pengantigan
Singonegaran
Singotrunan
Sobo
Sumber Rejo
Taman Baru
Temenggungan
Tukang Kayu
Perwakilan
Secara konstitusional, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Banyuwangi merupakan lembaga perwakilan rakyat yang dipilih langsung oleh rakyat Banyuwangi pada pemilihan umum legislatif setiap lima tahun sekali. Anggota DPRD Kabupaten Banyuwangi periode 2014–2019 adalah 50 orang yang didominasi oleh PDI Perjuangan (10 kursi), PKB (10 kursi), dan Partai Golkar (7 kursi)[7]. Pimpinan DPRD Kabupaten Banyuwangi periode 2014–2019 terdiri dari I Made Cahyana Negara (Ketua; PDI-P), Joni Subagio (Wakil Ketua; PKB), Ismoko (Wakil Ketua; Golkar), dan Sri Utami Faktuningsih (Wakil Ketua; Demokrat) yang resmi menjabat sejak 20 Oktober 2014.[8] DPRD Kabupaten Banyuwangi hasil Pemilu 2014 tersusun dari 10 partai politik, dengan perincian sebagai berikut:Partai Kursi
Lambang PDI-P PDI-P 10
Lambang PKB PKB 10
Lambang Partai Golkar Partai Golkar 7
Lambang Partai Demokrat Partai Demokrat 5
Lambang Partai Gerindra Partai Gerindra 5
Lambang Partai Hanura Partai Hanura 4
Lambang PPP PPP 4
Lambang Partai NasDem Partai NasDem 2
Lambang PKS PKS 2
Lambang PAN PAN 1
Total 50
Geografi
Kabupaten Banyuwangi yang secara geografis terletak pada koordinat 7º45'15"–8º43'2" LS dan 113º38'10" BT.Wilayah kabupaten Banyuwangi cukup beragam, dari dataran rendah hingga pegunungan. Kawasan perbatasan dengan Kabupaten Bondowoso, terdapat rangkaian Dataran Tinggi Ijen dengan puncaknya Gunung Raung (3.344 m) dan Gunung Merapi (2.799 m). Di balik Gunung Merapi terdapat Gunung Ijen yang terkenal dengan kawahnya. Gunung Raung dan Gunung Ijen adalah gunung api aktif.[butuh rujukan]
Bagian selatan terdapat perkebunan, peninggalan sejak zaman Hindia Belanda. Di perbatasan dengan Kabupaten Jember bagian selatan, merupakan kawasan konservasi yang kini dilindungi dalam sebuah cagar alam, yakni Taman Nasional Meru Betiri. Pantai Sukamade merupakan kawasan pengembangan penyu. Di Semenanjung Blambangan juga terdapat cagar alam, yaitu Taman Nasional Alas Purwo.
Pantai timur Banyuwangi (Selat Bali) merupakan salah satu penghasil ikan terbesar di Jawa Timur. Di Muncar terdapat pelabuhan perikanan.
Keadaan Pada Zaman Kolonial Belanda
Setelah pemberontakan yang dilakukan Wong Agung Wilis dan Pangeran Jagapati berhasil diredam, VOC memindahkan pusat pemerintahan dari Ulupangpang ke Banyuwangi. Hal ini mengakhiri masa Kerajaan Blambangan dan berubah menjadi Kabupaten (Regentschap) Banyuwangi dengan bupati Temenggung Wiraguna I atau lebih dikenal dengan Mas Alit. Pemindahan ini menjadi cikal bakal pembangunan wilayah perkotaan di Banyuwangi.[3]Pada zaman penjajahan Belanda, kota Banyuwangi adalah kota kecil yang memiliki batas utara di makam keramat di Lateng, batas selatan di pekuburan Belanda yang saat ini berada di belakang kantor kecamatan, batas barat di kawasan yang saat ini adalah Rumah Sakit Blambangan. Di luar kawasan tersebut adalah kawasan yang menurut cerita adalah kawasan yang berbahaya. Seperti di Lingkungan Manggisan, Lateng hingga Sukowidi, Kelurahan Klatak adalah tempat berkumpulnya para perampok yang konon katanya bekas buruh pabrik gula yang mengalami kebangkrutan. Di wilayah Buyuhan dan Bengkalingan yang saat ini menjadi bagian Kelurahan Kertosari terdapat tempat untuk berlatih (perguruan) kungfu. Dan muncul laporan mengenai penampakan hantu di hutan pohon asem (saat ini Kelurahan Penataban) dan pekuburan Belanda.
Kota ini memiliki pusat keramaiannya terletak pada 3 titik, yakni di Bioskop Srikandi, Simpang Lima dan Pecinan (China Town) di Karangrejo. Sedangkan jika malam mulai menjelang titik keramaian hanya ada di Bioskop Srikandi yang menampilkan film jawa dan kesenian Angklung Caruk.
Kota Banyuwangi dahulu memiliki dua lapangan kota yakni di depan pendapa kabupaten dan masjid yang dinamakan lapangan Tegal Masjid (sekarang Taman Sritanjung) dan di depan Komplek Inggrisan dan ballroom (kini Gedung Juang 45) yang dinamakan lapangan Tegal Loji (Taman Blambangan). Dua lapangan kota ini memiliki fungsi berbeda. Lapangan Tegal Masjid digunakan untuk parkir oplet yang dilengkapi dengan dua pompa bensin milik Kapten Cina dan Kapten Arab. Sedangkan lapangan Tegal Loji digunakan untuk sarana hiburan para warga Belanda. Di lapangan ini terdapat lapangan tenis yang dipagari dengan kawat dan ditumbuhi tumbuhan menjalar, sehingga aktivitas di dalam lapangan tidak dapat dilihat dari luar. Selain itu di lapangan Tegal Loji sering diadakan pertandingan sepak bola yang diikuti oleh klub-klub sepak bola dari Surabaya dan Batavia. Tiket untuk pertandingan bola ini dibagi menjadi tiga kategori yakni, warga pribumi yang membayar satu sen, anak kecil yang membayar setengah sen (seketeng) dan warga asing yang membayar dua setengah sen (sebenggol). Warga asing yang dimaksud adalah warga Belanda, Tionghoa, Arab dan warga pribumi yang telah naik haji.
Pada zaman penjajahan Belanda, Kota Banyuwangi memiliki 3 hotel yakni sebuah hotel yang terletak di selatan Tegal Loji (sekarang Hotel Wisma Blambangan dan eks-Hotel Asia Afrika), Hotel Srikandi dan Hotel Slamet (sebelah barat stasiun lama). Hotel Tegal Loji biasanya digunakan oleh para penguasa Belanda, Hotel Srikandi untuk para pemain bola atau pemain sandiwara yang akan tampil di Banyuwangi dan Hotel Slamet digunakan oleh pedagang yang menaiki kereta api.
Uniknya pada zaman penjajahan, di setiap persimpangan kota terdapat kentongan. Kentongan paling besar berada di Simpang Lima dengan ornamen mata menjulur. Selain itu kentongan juga terdapat di Simpang Sritanjung, Simpang Singonegaran (kini pertemuan jalan Bengawan, Letkol Istiqlah, Kapten Ilyas dan jalan Kalilo) dan Simpang Lateng. Kentongan ini dibunyikan saat subuh dan harus dibunyikan bersamaan dengan lonceng yang berada di pendapa. Bunyi kentongan mengawali segala aktivitas kota. Pada waktu-waktu tersebut banyak para pedagang memikul dagangannya dengan berjalan (saat itu belum ada becak, namun yang ada hanyalah dokar. Namun dokar baru muncul saat matahari terbit). Saat bulan Ramadhan tiba, suasana malam kota menjadi lebih semarak. Toko-toko tutup lebih malam seiring dengan selesainya tarawih. Dan saat Idul Fitri tiba, diadakan pawai Puter Kayun (kereta kuda) yang diikuti penguasa Belanda, warga yang kaya dan warga biasa. Selain itu pada saat Idul Fitri, kawasan pelabuhan penuh dengan warga yang berlibur.
Pada zaman Belanda, kota Banyuwangi hanya memiliki sedikit sekolah yakni HIS dan PHIS (Partikelir Holands Inland School). Selain itu terdapat sekolah rakyat di Dandangwiring (Penganjuran) dan Lateng. Terdapat juga sekolah swasta seperti Sekolah Taman Siswa (sekarang SD Negeri 3 Panderejo), sekolah Sarikat Islam (sekarang MI Roudhotul Ulum), Madrasah Al-Khairiyah, Madrasah Darun Najah dan Madrasah Al-Irsyad.[4][5]
Ekonomi
Aktivitas ekonomi di Kota Banyuwangi dapat dilihat dengan berdirinya pasar-pasar tradisional seperti Pasar Banyuwangi yang terletak di Kepatihan di sebelah barat Taman Blambangan. Aktivitas di Pasar Banyuwangi meningkat pada dini hari hingga pukul tujuh pagi. Di mana pada jam-jam tersebut, aktivitas perdagangan melebar hingga menimbulkan kemacetan di Jalan Diponegoro bagian utara dan menutup sebagian badan Jalan Jagapati. Di Pasar Banyuwangi terdapat petak-petak los pedagang yang terletak dari pinggir Jalan Karel Satsuit Tubun hingga ke dalam. Namun pedagang kaki lima masih menggunakan badan jalan sebagai tempat berdagang sehingga menimbulkan kemacetan. Akan tetapi, mulai tahun 2012 ada usaha untuk menertibkan pedagang (masih ada akan tetapi dirapikan) sehingga kemacetan bisa diminimalisasi dan badan jalan yang dapat dilewati bisa lebih luas. Selain Pasar Banyuwangi, terdapat juga Pasar Blambangan yang keberadaannya berdampingan dengan terminal angkot Blambangan, Lateng (Jalan Basuki Rahmat), Pasar Sobo di Jalan S.Parman dan Pasar Pujasera yang berdampingan dengan kawasan pecinan (China Town) di Jalan Pierre Tendean.[6]
Selain pasar tradisional, pusat perbelanjaan juga berdiri di Kota Banyuwangi seperti Giant di Jalan Basuki Rahmat, Ramayana di Jalan Adi Sucipto, Roxy di Jalan Ahmad Yani dan MOST (Mall of Sritanjung) yang masih diusahakan pengoperasiannya hingga kini. Selain pusat perbelanjaan besar, terdapat juga minimarket seperti Indomaret dan Alfamart yang tersebar di sudut kota. Komplek pertokoan banyak berdiri di sepanjang Jalan Sudirman dan Jalan Pierre Tendean (China Town). Selain itu, banyak berdiri ruko-ruko di kawasan Jalan Ahmad Yani, Jalan Kepiting dan di Gardenia Estate (sebuah kawasan bisnis dan perumahan dengan akses masuk dari Jalan S.Parman).[7]
Bank-bank nasional negeri dan swasta banyak yang berdiri di Kota Banyuwangi. Bank negeri yang berdiri di Kota Banyuwangi adalah Bank Mandiri (Jalan Wahidin Sudirohusodo), BNI 46 (Jalan Kepiting dan Jalan Banterang), BRI (Jalan Ahmad Yani) dan BTN (Simpang Lima). Bank nasional swasta yang berdiri di Kota Banyuwangi adalah BCA (Jalan Ahmad Yani dan Jalan Sudirman), Bank Permata (Jalan Sudirman), Bank Danamon (Jalan Ahmad Yani), Bank Mega (Jalan Ahmad Yani), BII (Jalan Ahmad Yani), Bank Sinarmas, Panin Bank (Jalan Ahmad Yani), UOB (Jalan Sudirman), CIMB Niaga (Jalan Sudirman) dan Commonwealth Bank (Jalan Sutoyo). Selain itu terdapat Bank Daerah Jatim (Jalan Basuki Rahmat). Selain bank umum juga terdapat Bank Perkreditan Rakyat (BPR) seperti BPR Wilis, BPR Jatim, BPR ADY dan BPR Swadhanamas Pakto.[8] Selain itu, di kota Banyuwangi berkembang berbagai industri kecil, seperti industri oleh-oleh khas Banyuwangi, industri pisau militer di Singotrunan, dan industri kerajinan lainnya.
Transportasi
Ibu kota Kabupaten Banyuwangi berjarak 290 km sebelah timur Surabaya, ibu kota Provinsi Jawa Timur. Banyuwangi merupakan ujung paling timur jalur pantura serta titik paling timur jalur kereta api pulau Jawa yaitu Stasiun Banyuwangi Baru.[9]Pelabuhan Ketapang terletak di kota Banyuwangi bagian utara, menghubungkan Jawa dan Bali dengan kapal ferry, LCM, roro dan tongkang.[butuh rujukan]
Dari Surabaya, Kabupaten Banyuwangi dapat dicapai dari dua jalur jalan darat, jalur utara dan jalur selatan. Jalur utara merupakan bagian dari jalur pantura yang membentang dari Anyer hingga pelabuhan Panarukan dan melewati kabupaten Situbondo. Sedangkan jalur selatan merupakan pecahan dari jalur pantura dari Kabupaten Probolinggo melewati Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Jember di kedua jalur tersebut tersedia bus eksekutif/PATAS maupun ekonomi.
Terdapat pula moda transportasi darat lainnya, yaitu jalur kereta api Surabaya – Pasuruan – Probolinggo – Jember dan berakhir di Banyuwangi. Stasiun Banyuwangi Baru terletak di Kota Banyuwangi tidak jauh dari Pelabuhan Penyeberangan Ketapang. Stasiun Kereta Api yang cukup besar di Banyuwangi adalah Stasiun Banyuwangi Baru, Karang Asem, (Kecamatan Glagah), Rogojampi, Stasiun Kalisetail, (Kecamatan Sempu), dan Kalibaru. Selain itu ada juga stasiun yang lebih kecil seperti Singojuruh, Temuguruh, Glenmore, Sumberwadung dan Halte Krikilan.
Untuk transportasi wilayah perkotaan terdapat moda angkutan mikrolet, taksi Using Transport serta van atau yang oleh masyarakat setempat disebut colt yang melayani transportasi antar kecamatan dan minibus yang melayani trayek Banyuwangi dengan kota-kota kabupaten di sekitarnya.
Bandar Udara Blimbingsari di kecamatan Blimbingsari dalam pembangunannya sempat tersendat akibat kasus pembebasan lahan, dan memakan korban 2 bupati yang menjabat dalam masa pembangunannya yaitu Bupati Samsul Hadi (2000–2005) dan Bupati Ratna Ani Lestari (2005–2010). Dan pada tanggal 28 Desember 2010, Bandar Udara Blimbingsari telah dibuka untuk penerbangan komersial Banyuwangi (BWX) – Jakarta (CGK) – Banyuwangi (BWX) dan Banyuwangi (BWX) – Surabaya (SUB) – Banyuwangi (BWX).
Selain itu terdapat Pelabuhan Tanjung Wangi di Ketapang, Kecamatan Kalipuro selain sebagai pelabuhan bongkar muat barang dan peti kemas, juga melayani pelayaran ke kepulauan di bagian timur Madura, seperti Kep. Sapeken, Kep. Kangean, dan Kep. Sapudi.
Julukan
Patung selamat datang di Banyuwangi pada kaki gunung Gumitir
Kabupaten Banyuwangi menyandang beberapa julukan, di antaranya:
The Sunrise of Java
Julukan The Sunrise of Java disandang Kabupaten Banyuwangi tidak lain karena daerah yang pertama terkena sinar matahari terbit di pulau Jawa.
Bumi Blambangan
Sejarah berdirinya Banyuwangi tidak bisa dilepaskan dari sejarah kerajaan Blambangan, karena Blambangan merupakan cikal bakal dari Banyuwangi. Blambangan adalah kerajaan yang semasa dengan kerajaan Majapahit bahkan dua abad lebih panjang umurnya. Blambangan adalah kerajaan yang paling gigih bertahan terhadap serangan Mataram dan VOC serta Blambanganlah kerajaan yang paling akhir ditaklukkan penjajah Belanda di pulau Jawa.
Kota Osing
Salah satu keunikan Banyuwangi adalah penduduk yang multikultur, dibentuk oleh 3 elemen masyarakat yaitu Jawa Mataraman, Madura, dan Osing. Suku Osing adalah penduduk asli Banyuwangi. Sebagai keturunan kerajaan Blambangan, suku osing mempunyai adat-istiadat, budaya maupun bahasa yang berbeda dari masyarakat jawa dan madura.
Kota Santet
Julukan Banyuwangi kota santet terkenal sejak peristiwa memilukan ketika 100 orang lebih dibunuh secara misterius karena dituduh memiliki ilmu santet. Peristiwa ini dikenal luas oleh masyarakat sebagai "Tragedi Santet" Tahun 1998.
Kota Gandrung
Kabupaten Banyuwangi terkenal dengan Tari Gandrung yang menjadi maskot kabupaten ini.
Kota Banteng
Kabupaten Banyuwangi dijuluki kota banteng dikarenakan di Banyuwangi tepatnya di Taman Nasional Alas Purwo terdapat banyak banteng jawa.
Kota Pisang
Sejak dahulu Kabupaten Banyuwangi sangat dikenal sebagai penghasil pisang terbesar, bahkan tiap dipekarangan rumah warga selalu terdapat pohon pisang.
Kota Festival
Berawal dari sukses penyelenggaraan kegiatan budaya Banyuwangi Ethno Carnival pertama pada tahun 2011 lalu, maka pada tahun-tahun berikutnya seakan tak terbendung lagi semangat dan kegairahan masyarakat Banyuwangi untuk mengangkat potensi dan budaya daerah melalui rangkaian kegiatan yang dikemas dalam tajuk Banyuwangi Festival. Maka sejak 2012 acara Banyuwangi Ethno Carnival ditahbiskan menjadi agenda tahunan berbarengan dengan kegiatan lain, baik yang bersifat seni, budaya, fesyen, dan wisata olahraga.
Wisata
Ombak Pantai Plengkung, salah satu ombak terbaik di dunia.
Kabupaten Banyuwangi memiliki banyak objek wisata seperti[10][11][12]
Kawah Ijen
Pantai Boom
Pantai Plengkung
Pantai Rajegwesi
Pulau Merah
Watu Dodol
Teluk Hijau
Teluk Biru
Pantai Lampon
Pantai Blimbingsari
Pantai Wedi Ireng
Pantai Sukomade
Pantai bangsring
Pantai cemara
Rawa Bayu
Rawa bulan
Rumah Pohon
Rumah Apung
Waduk Sidodadi
Waduk Bajulmati
Pulau Tabuhan
Air Terjun Lider
Air Terjun Wonorejo (Tirto Kemanten)
Air Terjun Jagir
Air Terjun Antogan
Air Terjun Selendangarum
Wisata Osing
Wisata Arung Jeram Kali Badeng
Taman Blambangan
Taman Sritanjung
Taman Tirtawangi
Alam Indah Lestari
Mira Fantasy
Taman Suruh
Taman Nasional Alas Purwo
Taman Nasional Meru Betiri
Taman Nasional baluran
Savanna Sadengan
Taman Jawatan
Wisata Sejarah Asrama Inggrisan
Kuliner Banyuwangi
Masakan
Kabupaten Banyuwangi mempunyai bermacam-macam masakan khas Banyuwangi, diantaranya:Sego tempong
Sego cawuk
Pindang Srani
Sego Gecok
Sego Golong
Sate Kalak
Pecel Pitik
Sambel Lucu
Jangan Kelor
Jangan Kesrut
Jangan Pakis
Jangan Lobok
Jangan Lompong
Jangan Bobohan
Jangan Jawar
Jangan Leroban
Jangan Pol
Jangan Klenthang
Jangan Bung
Pelasan Oling
Pelasan Uceng
Peceg Lele
Uyah Asem Pitik
Kupat Lodoh
Pindang koyong
Bothok Simbukan
Bothok Tawon
Ayam Pedas Genteng
Rujak Letog
Sambel Pedho
Sambel Pindang
Sambel Pete
Oseng-oseng Pare
Bindol Pakem
Tahu Petis
Wiyongkong
Rujak soto
Pecel Thotol
Lak-lak
Jajanan tradisional
Kabupaten Banyuwangi mempunyai bermacam-macam jajanan pasar khas Banyuwangi, diantaranya:Bagiak
Sale Pisang Barlin
Kelemben
Satuh
Manisan Cerme
Manisan Pala Kering
Manisan Tomat
Manisan Kolang-kaling
Ladrang
Kacang Tanah Open Asin
Dodol Salak
Sale Pisang Anggur
Loro Kencono
Karang Emas
Kolak Gepuk
Widaran
Wiroko
Petulo
Ketan Kirip
Onde – Onde
Tahu Walek
Minuman
Kabupaten Banyuwangi mempunyai bermacam-macam minuman khas Banyuwangi, diantaranya:Secang
Selasih
Ronde
Angsle
Caok
Setup Semarang
Kolak Duren
Kopi Luwak
Kopi Lanang
Kopi Kemiren
Es Gedang Ijo
Es Temu lawak
Oleh-oleh
Kabupaten Banyuwangi mempunyai bermacam-macam oleh-oleh khas Banyuwangi, diantaranya:Awug (iwel-iwel)
Lanun
Serabi Solo
Dodol garut
Jenang Kudus
Jenang Bedil
Jenang Mutioro
Jenang Selo
Ketot
Apem Takir
Lak-lak
Precet
Sumping
Bikang
Setupan Polo
Seni budaya
Kabupaten Banyuwangi selain menjadi perlintasan dari Jawa ke Bali, juga merupakan daerah pertemuan berbagai jenis kebudayaan dari berbagai wilayah. Budaya masyarakat Banyuwangi diwarnai oleh budaya Jawa, Bali, Madura, Melayu, Eropa, Tionghoa dan budaya lokal yang saling isi mengisi dan akhirnya menjadi tipikal yang tidak ditemui di wilayah manapun di pulau Jawa.[butuh rujukan]Batik
Batik yang disebut-sebut sebagai jati diri Bangsa Indonesia tak bisa diragukan. Keberadaannya memang menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya orang Jawa. Motif-motifnya pun terinspirasi tak jauh dari kehidupan sehari-hari. Begitu juga dengan banyuwangi, memiliki beberapa motif yang terkenal yaituGajah oling
Paras Gempal
Sekar Jagad
Kangkung Setingkes
Mata Ayam
Jenis Batik tadi merupakan sebagian dari Motif Batik khas Banyuwangi yang masih hidup dan berkembang di kalangan masyarakat setempat.
Kesenian tradisional
Penari Gandrung di depan rumah adat Osing desa Kemiren.
Gamelan Banyuwangi yang mengiringi tari gandrung.
Kesenian tradisional khas Banyuwangi antara lain:
Angklung Caruk
Barong Kemiren
Barong Kumbo
Barong Prejeng
Barong lundoyo
Barong ider bumi
Drama Janger
Drama Osing
jejer Gandrung
Jaranan butho
Pacu Gandrung
Gandrung dor
Gandrung Marsan
Gandrung seblang lukinto
Gama gandrung
Gandrung banyuwangi
Gedhogan
Kebo-Keboan
Keboan
Kuwung
Kuntulan
Mocopatan Pacul Goang
Patrol
Seblang
Wayang Osing
Jenis kesenian tadi merupakan sebagian dari kesenian khas Banyuwangi yang masih hidup dan berkembang di kalangan masyarakat setempat.
Musik khas Banyuwangi
Gamelan Banyuwangi khususnya yang dipakai dalam tari Gandrung memiliki kekhasan dengan adanya kedua biola, yang salah satunya dijadikan sebagai pantus atau pemimpin lagu. Menurut sejarahnya, pada sekitar abad ke-19, seorang Eropa menyaksikan pertunjukan Seblang (atau Gandrung) yang diiringi dengan suling. Kemudian orang tersebut mencoba menyelaraskannya dengan biola yang dia bawa waktu itu, pada saat dia mainkan lagu-lagu Seblang tadi dengan biola, orang-orang sekitar terpesona dengan irama menyayat yang dihasilkan biola tersebut. Sejak itu, biola mulai menggeser suling karena dapat menghasilkan nada-nada tinggi yang tidak mungkin dikeluarkan oleh suling.Selain itu, gamelan ini juga menggunakan "kluncing" (triangle), yakni alat musik berbentuk segitiga yang dibuat dari kawat besi tebal, dan dibunyikan dengan alat pemukul dari bahan yang sama, dan angklung, atau rebana.
Pendidikan
Lembaga pendidikan formal di Kecamatan Banyuwangi adalah sebagai berikut :SD sederajat
SD Muhammadiyah 2 Pakis Duren
SD Negeri 1 Karangrejo
SD Negeri 1 Kertosari
SD Negeri 1 Lateng
SD Negeri 1 Pakis
SD Negeri 1 Panderejo
SD Negeri 1 Penganjuran
SD Negeri 1 Singonegaran
SD Negeri 1 Singotrunan
SD Negeri 1 Tukang Kayu
SD Negeri 2 Karangrejo
SD Negeri 2 Kertosari
SD Negeri 2 Pakis
SD Negeri 2 Penganjuran
SD Negeri 2 Singotrunan
SD Negeri 2 Tukang Kayu
SD Negeri 3 Karangrejo
SD Negeri 3 Lateng
SD Negeri 3 Panderejo
SD Negeri 3 Singotrunan
SD Negeri 4 Karangrejo
SD Negeri 4 Penganjuran
SD Negeri 4 Singotrunan
SD Negeri 5 Lateng
SD Negeri Kampung Mandar
SD Negeri Kampung Melayu
SD Negeri Kebalenan
SD Negeri Kepatihan
SD Negeri Model Banyuwangi
SD Negeri Pengantigan
SD Negeri Sobo
SD Negeri Sumberejo
SD Negeri Tamanbaru
SD Negeri Temenggungan
SD Al Irsyad
SD Islam Al Khairiyah
SD Kristen Petra Banyuwangi
SD Kristen Santa Maria
SD Lazuardi Tursina Banyuwangi
SD Muhammadiyah I
SDLB Matahati
SDLB PGRI Banyuwangi
SDLBS ABK Autisme Anmoerty
SMP sederajat
SMP Negeri 1 BanyuwangiSMP Negeri 2 Banyuwangi
SMP Negeri 3 Banyuwangi
SMP Negeri 4 Banyuwangi
SMP Negeri 5 Banyuwangi
SMP Al Irsyad Banyuwangi
SMP Katolik Santo Yusup Banyuwangi
SMP Muhamadiyah 3 Banyuwangi
SMP PGRI Banyuwangi
SMPLB PGRI Banyuwangi
SMA/SMK sederajat
SMAN 1 BanyuwangiSMA 17 Agustus 1945 Banyuwangi
SMA Katolik Hikmah Mandala
SMA Muhammadiyah 1 Banyuwangi
SMALB PGRI Banyuwangi
SMK Uniba
SMK Gajah Mada Banyuwangi
SMK PGRI 1 Banyuwangi
SMK Sri Tanjung Banyuwangi
Daftar perguruan tinggi
Perguruan tinggi negeri
Logo Nama Perguruan Tinggi AlamatPoliteknik Negeri Banyuwangi Labanasem
LOGO-LP3B.png Loka Pendidikan dan Pelatihan Penerbangan Banyuwangi Blimbingsari
Universitas Airlangga.svg Universitas Airlangga PDD Banyuwangi Giri
Perguruan tinggi swasta
Logo Nama Perguruan Tinggi AlamatUniversitas 17 Agustus 1945 Taman Baru
LOGO UNIBA2.JPG Universitas PGRI Banyuwangi Kertosari
Ubi.jpg Universitas Bhakti Indonesia Sraten
Logostikombwi.jpg Sekolah Tinggi Komunikasi PGRI Banyuwangi Taman Baru
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banyuwangi Giri
Akademi Kelautan Banyuwangi Ketapang
Akademi Kesehatan Rustida Krikilan
Institut Agama Islam Darussalam Blokagung
Institut Agama Islam Ibrahimy Genteng
Penunjuk Arah
Dari selatan (Jember, Jajag, Genteng atau Rogojampi) menuju ke utara (Pelabuhan Ketapang, Wongsorejo atau Situbondo)
Kamera CCTV yang memantau lalulintas di Simpang Lima. 3 kamera tersebut memantau arus dari Jalan Jaksa Agung Suprapto, arus dari Jalan Ahmad Yani dan arus dari Jalan Wahid Hasyim. Sedangkan arus di Jalan Sudirman dan Jalan dr. Sutomo dipantau dari kamera di Jalan Ahmad Yani.
Untuk kendaraan roda empat bermuatan berat (bus dan truk), masuk kota melewati Jalan S.Parman sampai traffic light Karangente (Taman Tirta Wangi atau Patung Kuda). Dari traffic light Karangente belok kiri masuk Jalan Brawijaya. Dari Jalan Brawijaya lalu masuk Jalan Gajah Mada setelah melewati traffic light Cungking. Dari Jalan Gajah Mada masuk Jalan Hayam Wuruk setelah melewati traffic light Penataban. Dari Jalan Hayam Wuruk masuk Jalan Raden Wijaya hingga tiba di Perempatan Kalipuro lalu belok kanan masuk Jalan Argopuro hingga tiba di traffic light Sukowidi. Lalu belok kiri masuk Jalan Yos Sudarso.
Persimpangan Surati
Untuk kendaraan roda empat (kendaraan pribadi) dan kendaraan roda dua, masuk kota melewati Jalan S.Parman sampai traffic light Karangente (Taman Tirta Wangi atau Patung Kuda). Lalu bisa terus masuk Jalan Adi Sucipto atau belok kanan masuk Jalan Kepiting. Jika melewati Jalan Adi Sucipto pengendara akan tiba di Jalan Ahmad Yani setelah melewati Traffic light DPRD (A. Scpt, A. Yani, Katamso) . Dari Jalan Ahmad Yani pengendara akan tiba di traffic light Simpang Lima. Dari Simpang Lima masuk menuju Jalan dr. Sutomo (satu arah) hingga tiba di kawasan Taman Blambangan. Pengendara akan masuk Jalan Wahidin Sudirohusodo hingga tiba di traffic light Blambangan. Setelah itu pengendara belok kiri masuk Jalan R.A. Kartini hingga pertigaan PLN. Dari pertigaan PLN belok kiri (jika belok kanan masuk ke kawasan Pantai Boom) masuk Jalan Banterang hingga tiba di pertigaan Surati dan belok kanan (jika anda terus akan masuk ke kawasan Taman Sritanjung) masuk ke Jalan Surati (satu arah). Hati-hati saat menjelang pertigaan Surati karena adanya penumpukan arus dari arah Taman Blambangan via Jalan Diponegoro yang juga akan masuk ke Jalan Surati. Dari Jalan Surati anda akan masuk ke Jalan D.I. Panjaitan setelah melewati tikungan Kampung Mandar. Lalu pengendara akan tiba di traffic light Lateng lalu belok kanan masuk Jalan Basuki Rahmat hingga tiba di traffic light Sukowidi. Lalu pengendara jalan terus masuk Jalan Yos Sudarso. Jika melewati Jalan Kepiting, dari traffic light Karangente belok kanan melewati sisi utara Taman Tirta Wangi lalu belok kiri ke arah utara masuk Jalan Kepiting. Dari Jalan Kepiting pengendara akan tiba di traffic light Kertosari lalu masuk ke Jalan Sugiono dan masuk Jalan M.T. Haryono setelah melewati pertigaan Naga Bulan. Setelah itu pengendara tiba di traffic light Paldam (Stasiun Lama) lalu belok kanan masuk Jalan Pierre Tendean hingga tiba di traffic light Blambangan. Setelah itu perjalanan sama dengan penjelasan di atas (via Jalan Adi Sucipto). Untuk kendaraan roda empat pribadi dan roda dua diperbolehkan menggunakan jalur yang digunakan oleh bus atau truk.
Dari utara (Pelabuhan Ketapang, Wongsorejo, Situbondo atau Surabaya) menuju ke selatan (Jember, Jajag, Genteng, Rogojampi, Alas Purwo atau G-Land)
Untuk kendaraan roda empat bermuatan berat (bus dan truk) dari traffic light Sukowidi (Jalan Yos Sudarso) masuk Jalan Argopuro lalu belok kiri masuk ke Jalan Raden Wijaya lalu Jalan Hayam Wuruk hingga tiba di traffic light Penataban. Lalu masuk Jalan Gajah Mada hingga tiba di traffic light Cungking. Lalu masuk Jalan Brawijaya hingga tiba di traffic light Karangente. Setelah itu pengendara mengitari Taman Tirta wangi (dari traffic light Karangente jalan terus melewati sisi utara taman lalu belok kanan melewati sisi timur taman) lalu masuk Jalan S. Parman.
Untuk kendaraan roda empat (kendaraan pribadi) dan kendaraan roda dua, dari traffic light Sukowidi (Jalan Yos Sudarso) jalan terus masuk Jalan Basuki Rahmat hingga tiba di traffic light Lateng. Dari traffic light Lateng ambil jalan terus masuk ke Jalan Sudirman (satu arah) hingga tiba di kawasan Taman Sritanjung dan berhenti di traffic light Sritanjung. Dari traffic light Sritanjung jalan terus hingga tiba di traffic light Simpang Lima. Setelah itu masuk Jalan Ahmad Yani lalu tiba di traffic light DPRD dan masuk ke Jalan Adi Sucipto hingga tiba di traffic light Karangente. Dari traffic light Karangente belok kiri mengitari Taman Tirta Wangi (dari traffic light Karangente jalan terus melewati sisi utara taman lalu belok kanan melewati sisi timur taman) lalu masuk Jalan S. Parman.
Menuju ke Barat (Glagah, Licin, Paltuding, Bondowoso, Kalibendo atau Kawah Ijen)
Dari traffic light Simpang Lima masuk ke arah barat atau Jalan Jaksa Agung Suprapto hingga tiba di traffic light Cungking lalu jalan terus masuk Jalan HOS Cokroaminoto.
Jalan
Nama jalan yang ada di kota Banyuwangi, kami urutkan Berdasarkan abjad
Jalan Ahmad Yani menjelang Simpang Lima
Jalan dr. Sutomo
A
Abdullah (Tukangkayu)
KH Abdul Wahid (Kertosari)
Adi Sucipto (Sobo, Tukangkayu, Tamanbaru)
Agus Salim (Sobo, Tamanbaru)
Ahmad Yani (Tamanbaru, Tukangkayu, Penganjuran)
Airlangga (Kebalenan, Sobo)
Al-Hilal (Kebalenan)
Andalas (Singotrunan)
B
Bajangratu (Pengajuran)
Bangka (Lateng)
Banterang (Kampung Melayu)
Barito (Penganjuran)
Basuki Rahmat (Singotrunan, Lateng)
Batur (Singotrunan)
Bengawan (Penganjuran, Panderejo, Singonegaran)
Bhre Wirabhumi (Kampung Melayu)
Bogowonto (Singonegaran)
Borobudur (Tamanbaru)
Brawijaya (Kebalenan, Sobo)
Bromo (Singotrunan)
Budiono (Singotrunan)
Bunyu (Lateng)
C
Candi Jawi (Penganjuran)
Candi Plaosan (Penganjuran)
Candi Sewu (Penganjuran)
Cemara (Sumberrejo)
Ciliwung (Panderejo)
Citarum (Panderejo)
Cut Nyak Din (Tukangkayu)
D
Datuk Maulana Malik Ibrahim (Panderejo)
Dharmawangsa (Kebalenan)
DI Panjaitan (Lateng, Temenggungan, Kampung Mandar)
Diponegoro (Kepatihan)
Doho (Tamanbaru)
dr. Sutomo (Tukangkayu, Panderejo)
G
Grayakan (Sobo)
H
KH. Harun (Tukangkayu)
Hayam Wuruk II (Kebalenan)
I
I Gusti Ngurah Rai (Penganjuran)
Ijen (Singotrunan)
Ikan Belanak (Sobo)
Ikan Cakalang (Kepatihan)
Ikan Cucut (Karangrejo)
Ikan Cumi-Cumi (Sobo)
Ikan Gurami (Karangrejo)
Ikan Hiu (Kertosari)
Ikan Jerabangan (Tukangkayu, Sobo)
Ikan Kembang Waru (Kertosari)
Ikan Layur (Sobo)
Ikan Lele (Tukangkayu)
Ikan Lemuru I (Tukangkayu)
Ikan Lemuru II (Sobo)
Ikan Lomba-Lomba (Karangrejo)
Ikan Mas (Karangrejo)
Ikan Mungsing (Karangrejo)
Ikan Pesut (Sobo)
Ikan Putihan (Karangrejo)
Ikan Sadar (Karangrejo)
Ikan Sepat (Karangrejo)
Ikan Sulir (Sobo)
Ikan Tawes (Sobo)
Ikan Tengiri (Tukangkayu, Sobo)
Ikan Tongkol (Kertosari)
Ikan Waderpari (Karangrejo)
Ikan Wijinongko (Sobo)
Imam Bonjol (Tukangkayu)
J
Jagapati (Kepatihan, Temenggungan)
Jaksa Agung Suprapto (Penganjuran)
Jalak (Pakis)
Jenggala (Tamanbaru)
K
Kahuripan (Tamanbaru)
Candi Kalasan (Penganjuran)
Kalilo (Pengantigan)
Kalimas (Kepatihan, Singonegaran)
Kalingga (Tamanbaru)
Kapten Ilyas (Singonegaran, Kepatihan)
Kapten Sarpan (Panderejo)
Kapten Sutaji (Tukangkayu)
Kapten Waroka (Tukangkayu)
Kapuas (Penganjuran)
Karel Satsuit Tubun (Kepatihan)
Karimun Jawa (Lateng)
Katamso (Tukangkayu, Kertosari)
Kediri (Tamanbaru)
Ken Arok (Kebalenan)
Kepiting (Sobo, Kertosari)
Kertanegara (Kebalenan)
KH Harun (Tukangkayu, Penganjuran)
KH Hasyim Asyari (Tukangkayu)
KH Wahid Hasyim (Tukangkayu, Penganjuran)
Kinabalu (Singotrunan)
Kolonel Sugiyono (Tukangkayu, Kertosari)
Kopral Talab (Tukangkayu)
Kutai (Tamanbaru)
Kyai Saleh (Kepatihan, Panderejo)
L
Letkol Istiqlah (Singonegaran)
Letnan Sanyoto (Tukangkayu)
Letnan Sulaiman (Kebalenan, Sobo)
Losari (Kepatihan)
M
Macanputih (Tamanbaru)
Majapahit (Tamanbaru)
Mataram (Tamanbaru)
Medangkamulan (Tamanbaru)
Mendut (Tamanbaru)
MH Thamrin (Singotrunan, Singonegaran, Pengantigan)
MT Haryono (Tukangkayu, Karangrejo)
Musi (Penganjuran)
N
Nuri (Pakis)
Nusantara (Kampung Melayu, Kampung Mandar)
O
Opak (Singonegaran, Pengantigan)
P
Pajajaran (Tamanbaru)
Penataran (Tamanbaru, Penganjuran)
Pierre Tendean (Tukangkayu, Karangrejo)
Pramabanan (Penganjuran)
Progo (Singonegaran)
R
RA Kartini (Kepatihan)
Ranggawuni (Kebalenan)
Riau (Lateng)
Rinjani (Singotrunan)
RW Monginsidi (Penganjuran, Tukangkayu)
S
S. Parman (Pakis, Sumberrejo)
Sawo Indah (Kertosari)
Sekardalu (Temenggungan)
Serayu (Panderejo)
Sersan Winoso (Tukangkayu)
Setro Penganten (Tukangkayu)
Sidopekso (Temenggungan)
Singasari (Tamanbaru)
Sonokeling (Sumberrejo)
Sritanjung (Kepatihan, Temenggungan)
Sriwijaya (Tamanbaru)
Sudirman (Penganjuran, Panderejo, Kepatihan)
Supriyadi (Penganjuran)
Surati atau Sayu Wiwit (Temenggungan, Kampung Melayu, Kampung Mandar)
Sutawijaya (Sumberrejo)
Sutoyo (Tukangkayu, Penganjuran)
T
Tarakan (Kampung Mandar)
Tarumanegara (Tamanbaru)
Trenggono (Kebalenan)
Trunojoyo (Kebalenan, Sobo)
Tunggul Ametung (Kebalenan)
U
Udang Windu (Tukangkayu)
Untung Surapati (Kebalenan)
V
Veteran (Kepatihan)
W
Wahidin Sudirohusodo (Kepatihan)
Wong Agung Wilis (Temenggungan)
Daftar Bupati Banyuwangi
Bupati Banyuwangi Republik Indonesia yang Sekarang
Lambang Kabupaten Banyuwangi.png
Badge Bupati Banyuwangi
Petahana
Abdullah Azwar Anas
Sejak 17 Februari 2016
Kediaman resmi Pendapa Sabha Swagata Blambangan
Menjabat selama 5 tahun
Pemegang pertama Temenggung Wiroguno I alias Mas Alit
Dibentuk 1771
Situs web Situs Resmi Pemkab Banyuwangi
Kabupaten Banyuwangi (atau sebelumnya disebut Regentschap Blambangan Timur) adalah Kabupaten terbentuk setelah perlawanan Pangeran Jagapati yang terkenal dengan Perang Puputan Bayu dan Wong Agung Wilis di Blambangan. Setelah itu Belanda menunjuk Temenggung Wiroguno I atau Mas Alit yang (keturunan Prabu Tawangalun, raja pertama Blambangan) untuk menjadi regent atau bupati di Banyuwangi ini dan menandai akhir dari kekuasaan Kerajaan Blambangan. Belanda juga memberi keleluasaan kepada Mas Alit untuk memindahkan ibukota dari Ulupangpang (Benculuk) ke Tirtogondo (Kota Banyuwangi). Selain itu Belanda mengubah kebijakan politiknya terhadap Blambangan yang sebelumnya bersifat represif menjadi lebih kooperatif. Pengangkatan Mas Alit ini diusulkan oleh Patih Juru Kunci (Patih Tumenggung Jaksanegara, penguasa Blambangan 1771-1773) kepada Residen Schopoff, dilanjutkan kepada P. Luzak, Pemangku Kebijakan Ujung Timur (Gezaghebber van den Oosthoek), lalu ke Gubernur Van der Burg di Semarang dan lalu ke Gubernur Jenderal Van der Parra di Batavia. Mas Alit lalu dilantik 1 Februari 1774 dan mulai menempati kediamannya (pendopo) pada 1775.[1][2]
Berikut adalah nama-nama Bupati Banyuwangi dari masa ke masa.
BUTUH TRAVEL BANYUWANGI MALANG PP? SILAKAN HUBUNGI KAMI SEGERA:
NO.HP: 0822-3336-3446 (Telkomsel)
Pin Bb: D25F1388
Whatsapp: +62 822-3336-3446
Incoming search by:
BANYUWANGI WIKITRAVEL, AGEN TRAVEL MALANG BANYUWANGI, DAFTAR TRAVEL BANYUWANGI MALANG, BANYUWANGI TRAVEL CLUB, ALAMAT TRAVEL RAMAYANA BANYUWANGI, AGEN TRAVEL MALANG BANYUWANGI, BANYUWANGI TRAVEL CLUB, CIPAGANTI TRAVEL BANYUWANGI, BANYUWANGI TRAVEL TELEPON, AGEN TRAVEL MALANG BANYUWANGI, ALAMAT TRAVEL RAMAYANA BANYUWANGI, DIENG TRAVEL MALANG BANYUWANGI, BANYUWANGI TRAVEL BANYUWANGI MALANG, BANYUWANGI TRAVEL TELEPON, BANYUWANGI TRAVEL CLUB, ALAMAT BANYUWANGI TRAVEL DI MALANG, CIPAGANTI TRAVEL BANYUWANGI, ALAMAT BANYUWANGI TRAVEL DI MALANG, DISKON AGEN TRAVEL MALANG BANYUWANGI, DISKON AGEN TRAVEL MALANG BANYUWANGI, ALAMAT BANYUWANGI TRAVEL DI MALANG, AGEN TRAVEL MALANG BANYUWANGI
0 Response to "JARANAN BANYUWANGIAN"
Posting Komentar